Thursday 8 November 2012

Karamat-karamatnya Para Waliullah Dan Keutamaan Mereka


Allah Ta'ala berfirman:

"Ingatlah bahwasanya para waliullah - yakni kekasih-kekasih Allah - itu tiada ketakutan atas mereka dan merekapun tidak akan bersedih hati. Mereka itu ialah orang-orang yang beriman dan juga bertaqwa. Bagi mereka adalah kegembiraan di dalam kehidupan dunia dan juga di akhirat. Tiada perubahan sama sekali untuk kalimat-kalimat Allah. Yang sedemikian itu adalah kebahagiaan yang agung." (Yunus: 62)

Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Dan goyangkanlah olehmu - hai Maryam - pohon kurma itu, niscayalah ia akan menjatuhkan kepadamu buah kurma yang baru masak. Maka makanlah dan minumlah," sampai habisnya ayat. (Maryam: 25-26)

Allah Ta'ala berfirman pula:
"Setiap kali Zakaria masuk kepadanya yaitu di mihrab, didapati makanan di dekatnya. la berkata: "Hai Maryam, bagaimanakah engkau dapat memperoleh ini?" Maryam menjawab: "Itu adalah dari sisi Allah, sesungguhnya Allah itu mengaruniakan rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki olehNya tanpa ada batas hitungannya." (ali-lmran: 37)

Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Dan di waktu engkau semua meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, carilah tempat persembunyian di dalam gua, nanti Tuhanmu semua akan menyebarkan kerahmatan-Nya untukmu semua dan menyediakan apa-apa yang berguna dari pekerjaanmu itu untuk kepentinganmu semua pula.
Engkau lihat matahari ketika terbitnya miring dari gua mereka di sebelah kanan dan ketika terbenam, meninggalkan mereka di sebelah kiri," sampai habisnya ayat. (al-Kahf: 16-17)

 Dari Abu Muhammad yaitu Abdurrahman bin Abu Bakar as-Shiddiq radhiallahu 'anhuma, bahwasanya ash-habush shuffah adalah para manusia yang fakir-fakir dan bahwasanya Nabi s.a.w. pernah pada suatu ketika bersabda: "Barangsiapa yang disisinya ada makanan cukup untuk dua orang, maka hendaklah pergi dengan tiga orang dan barangsiapa yang disisinya ada makanan cukup untuk empat orang, maka hendaklah pergi dengan lima atau enam orang," atau seperti yang sedemikian itulah kurang lebih sabda beliau s.a.w.
itu.

Abu Bakar datang dengan membawa tiga orang sedang Nabi s.a.w. berangkat dengan membawa sepuluh orang. Abu Bakar makan malam di tempat Nabi s.a.w. kemudian menetap di situ sehingga ia bersembahyang Isya'. Kemudian kembali lalu datang di rumahnya setelah lewat waktu malam - yakni sampai jauh malam -sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Isterinya lalu berkata: "Apa yang menyebabkan anda tertahan untuk menemui tamu-tamu anda?" Abu Bakar bertanya: "Apakah orang-orang itu belum engkau beri makan malam?" la menjawab: "Mereka tidak mau sehingga anda datang dan para pelayan sudah menawarkan pada mereka itu."

Abdur Rahman berkata: "Saya lalu pergi kemudian bersembunyi. Abu Bakar berkata: "Hai Tolol" dan seterusnya iapun mencaci dan memaki, lalu berkata kepada keluarganya: "Makanlah engkau semua tanpa adanya kecukupan. Demi Allah, saya tidak makan makanan ini selama-lamanya."

Abdur Rahman berkata: "Demi Allah, tiada sesuap makananpun yang kita ambil, melainkan bertambahlah makanan dari bawahnya, lebih banyak dari keadaannya semula. Orang-orang sama makan sampai kenyang, tetapi makanan itu menjadi lebih banyak lagi dari yang sebelumnya dimakan. Abu Bakar melihat makanan itu, lalu berkata kepada isterinya: "Hai saudarinya Bani Firas, apakah yang terjadi ini?" Isterinya menjawab: "Entahlah, demi kecintaan mataku, niscayalah makanan ini, keadaannya sekarang lebih banyak dari tadinya, bahkan lipat tiga kalinya. Abu Bakar lalu makan daripadanya dan berkata: "Hanyasanya sumpah yang saya ucapkan tadi adalah dari godaan syaitan." Selanjutnya ia makan pula sesuap daripadanya kemudian dibawa ke tempat Nabi s.a.w. dan paginyapun tempat makanan itu masih ada di tempat beliau s.a.w. Antara kita dengan sesuatu kaum ada suatu janji, lalu waktu yang ditentukan – dalam janji - itu lewatlah. Kita semua terpisah-pisah menjadi duabelas orang yang setiap seorang di antara mereka itu disertai orang banyak. Allah lebih mengetahui beberapa jumlah yang dibawa oleh setiap orang itu. Mereka semua lalu makan."

Dalam riwayat lain disebutkan:
"Abu Bakar bersumpah tidak akan makan makanan itu, isterinyapun lalu bersumpah tidak akan makan, akhirnya atau para tamu atau para tamu itupun bersumpah pula tidak akan makan, sehingga Abu Bakar suka makan lebih dulu. Abu Bakar lalu berkata: "Ah, sumpah ini adalah dari syaitan belaka." la lalu meminta makanan itu, kemudian ia makan dan keluarga serta para tamupun makan juga. Tetapi tiada sesuappun yang mereka angkat, melainkan bertambahlah makanan itu dari bagian bawahnya, yang keadaannya lebih banyak dari semula. Abu Bakar lalu berkata: "Hai saudarinya Bani Firas apakah yang terjadi ini?" Isterinya menjawab: "Demi ke cintaan mataku, sesungguhnya makanan itu keadaannya kini niscayalah lebih banyak daripada sebelumnya kita makan tadi." Mereka lalu makan lagi, kemudian dikirimkanlah makanan itu kepada Nabi s.a.w. dan Abdur Rahman menyebutkan bahwa beliau s.a.w. juga makan daripadanya."

Dalam riwayat yang lain lagi disebutkan:
"Abu Bakar berkata kepada Abdur Rahman: "Layanilah tamu-tamumu itu, sebab saya akan berangkat kepada Nabi s.a.w. Jadi selesaikanlah semua hidangan untuk menghormati mereka itu sebelum saya datang kembali." Abdur Rahman berangkat - ke tempat para tamu - lalu mendatangkan makanan yang ada di sisinya. la berkata kepada mereka: "Ayolah makan." Para tamu bertanya: "Manakah tuan rumah kita ini - yang mereka maksudkan ialah Abu Bakar as-Shiddiq?" Abdur Rahman berkata lagi: "Ayolah makan." Mereka berkata pula: "Kita tidak akan makan,sehingga tuan rumah kita ini datang." Abdur Rahman berkata lagi: "Terimalah hidangan untuk menghormat anda sekalian ini, sebab sesungguhnya Abu Bakar, jikalau nanti datang dan anda sekalian belum makan, tentu kami akan mendapat marah daripadanya." Para tamu tetap menolak, maka saya merasa dalam hatiku bahwa Abu Bakar tentu akan marah pada saya. Setelah Abu Bakar datang, saya lalu menyingkir daripadanya. la berkata - kepada para tamu: "Apakah yang anda sekalian kerjakan ini." Mereka lalu memberitahukan kepadanya perihal belum makannya itu. Selanjutnya Abu Bakar berkata: "Hai Abdur Rahman." Tetapi saya berdiam saja. la berkata lagi: "Hai Abdur Rahman." Saya tetap diam saja. Sekali lagi ia berkata: "Hai tolol, saya bersumpah padamu, kalau engkau mendengar suaraku ini, supaya engkau datang ke mari." Saya lalu keluar, kemudian saya berkata: "Tanyakan sendiri pada tamu-tamu bapak." Mereka menjawab: "Betul, ia telah datang dengan membawa makanan itu." Abu Bakar berkata lagi: "Jadi anda sekalian hanya hendak menantikan saya, demi Allah, saya tidak akan makan makanan ini pada malam ini." Orang-orang yang lain berkata: "Demi Allah, kita tidak makan juga sehingga anda suka pula makan." la berkata: "Celaka anda sekalian ini, mengapa anda sekalian tidak suka menerima hidangan sebagai penghormatan kepada anda sekalian ini?" Lalu ia berkata kepada keluarganya: "Coba bawa ke mari makananmu itu." Abu Bakar datang dengan membawa makanan lalu ia meletakkan tangannya dan mengucapkan: "Bismillah," kemudian berkata lagi: "Sumpah tadi itu dari godaan syaitan." la makan dan orang-orang lainpun makan pula." (Muttafaq 'alaih)

Ucapannya: Ghuntsar dengan dhammahnya ghain mu'jamah, lalu nun sukun kemudian tsa' bertitik tiga, artinya ialah orang yang bodoh lagi tolol. Ucapannya: fa-jadda'a artinya mencaci-maki, sedang aljad'u artinya pemutusan - atau pemisahan. Ucapannya yajidu 'alayya dengan kasrahnya jim, artinya marah.

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Niscayalah di kalangan ummat-ummat yang sebelummu semua itu ada orang-orang yang diberi ilham. Maka andaikata ada seorang yang sedemikian itu di kalangan ummat saya, maka sesungguhnya ia adalah Umar,"
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dari riwayat Aisyah. Dalam riwayat kedua ahli Hadis itu Ibnu Wahab berkata: Muhaddatsun artinya ialah orang-orang yang memperoleh ilham.

Dari Jabir bin Samurah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Para penduduk Kufah mengadukan Sa'ad - yakni Sa'ad bin Abu Waqqash r.a. kepada Umar bin al-Khaththab r.a. - yang pada waktu itu menjabat sebagai khalifah, sedang Sa'ad sebagai gubernur yang diangkat olehnya untuk daerah Kufah. Oleh sebab itu Umar lalu memecat Sa'ad dan meggunakan 'Ammar untuk memerintah penduduk Kufah itu - sebagai ganti Sa'ad.
Orang-orang Kufah itu mengadukan,sampai-sampai mereka itu menyebutkan bahwasanya Sa'ad itu tidak bagus dalam mengerjakan shalatnya. Sa'ad diminta datang oleh Umar r.a. lalu berkata: "Hai Abu Ishaq - yakni Sa'ad bin Abu Waqqash, sesungguhnya orang-orang Kufah menyangka bahwa engkau tidak bagus dalam melakukan shalat." Sa'ad menjawab: "Tentang saya ini, demi Allah, sesungguhnya saya bersembahyang dengan orang-orang itu sebagaimana shalatnya Rasulullah s.a.w., tidak saya kurangi sedikitpun. Saya bersembahyang shalat Isya', lalu saya perpanjangkan dalam kedua rakaat yang pertama, sedang kedua rakaat yang penghabisan saya peringankan." Umar berkata: "Itu adalah penyangkaan orang-orang padamu, hai Abu Ishaq."
Selanjutnya Umar mengirimkan Sa'ad bersama seorang atau beberapa orang ke daerah Kufah untuk menanyakan kepada penduduk Kufah tentang diri Sa'ad tadi. Tiada suatu masjidpun yang diri Sa'ad itu dan para penduduk Kufah itu sama memuji akan kebaikannya. Akhirnya masuklah di suatu masjid di lingkungan Bani 'Abs. Kemudian ada seorang lelaki di antara mereka itu berdiri, namanya Usamah bin Qatadah yang diberi nama gelar yaitu Abu Sa'dah. la berkata: "Adapun kalau anda bertanya kepada kami tentang Sa'ad, maka sesungguhnya Sa'ad itu tidak pernah ikut pergi memimpin pasukan - ke medan perang, tidak pernah mengadakan pembagian -harta rampasan - dengan samarata dan tidak pernah menjatuhkan putusan dengan berdasarkan keadilan."
Sa'ad lalu berkata: "Aduh, demi Allah, niscayalah saya akan berdoa dengan tiga macam permohonan: "Ya Allah, jikalau hambamu ini - Usamah bin Qatadah - berkata dusta dan melakukan hanya karena congkak dan kesombongan belaka, maka panjangkanlah usianya, langsungkanlah kefakirannya dan permudahkanlah ia untuk berbagai kefitnahan."
Sesudah beberapa saat berlalu, orang itu jikalau ditanya, siapa dirinya, ia menjawab: "Aku adalah orangtua bangka yang terkena fitnah, karena doanya Sa'ad sudah mengena pada diriku."
Abdulmalik bin Umair yang meriwayatkan Hadis ini dari Jabir bin Samurah berkata: "Saya sendiri melihat orang itu sesudah tuanya, kedua alisnya telah rontok-rontok di atas kedua matanya karena amat lanjut usianya itu dan sesungguhnya ia menampakkan diri pada kaum wanita sambil menarik-narik tangan mereka itu." (Muttafaq 'alaih)

Dari 'Urwah bin az-Zubair bahwasanya Said bin 'Amr bin Nufail r.a. diajukan sebagai lawan oleh Arwa binti Uwais kepada Marwan bin al-Hakam - yang waktu itu sebagai khalifah. Wanita itu mendakwa bahwa Said mengambil sebagian dari tanahnya. Said lalu berkata: "Saya sudah mengambil sebagian tanahnya, padahal saya sudah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda." Marwan bertanya: "Apa yang anda dengar dari Rasulullah s.a.w.?" la menjawab: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang mengambil tanah sejengkal secara penganiayaan, maka tanah itu akan dikalungkan di lehernya sampai tujuh lapis bumi di bawahnya." Marwan lalu berkata:"Saya tidak lagi akan meminta keterangan tentang kebenaranmu setelah mendengar ini." Said lalu berdoa: "Ya Allah, jikalau wanita itu dusta, maka butakanlah matanya dan matikanlah ia dalam tanahnya sendiri."
'Urwah berkata; "Wanita itu tidak mati-mati sehingga peng-lihatannya lenyap - yakni menjadi buta matanya, Dan pada suatu ketika ia berjalan di tanahnya sendiri, tiba-tiba terjerumuslah ia dalam suatu lobang, kemudian mati di situ." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Imam Muslim dari Muhammad bin Zaid bin Abdullah bin Umar, yang isinya semakna dengan uraian di atas itu dan bahwasanya ia melihat wanita tadi sudah buta mencari-cari dinding - di waktu berjalan - sambil mengucapkan: "Saya terkena oleh doanya Said." Selanjutnya ketika wanita itu berjalan melalui sumur yang ada di dalam rumah yang dijadikan bahan pertengkaran dulu, tiba-tiba ia jatuh di dalamnya, lalu itulah yang menjadi kuburnya - yakni sebab kematiannya.

Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ketika tiba waktunya peperangan Uhud, ayah saya memanggil saya di waktu malam, lalu berkata: "Saya tidak mengira pada diriku sendiri ini, melainkan rasanya akan terbunuh dalam permulaan orang-orang yang terbunuh dari sahabat-sahabat Nabi s.a.w. Se-
sungguhnya saya tidak meninggalkan sesudah matiku sesuatu yang bagiku lebih mulia daripada dirimu sendiri selain diri Rasulullah s.a.w. - yakni beliau s.a.w. yang dianggap termulia kemudian anaknya itu. Sesungguhnya saya mempunyai tanggungan hutang, maka dari itu tunaikanlah hutangku itu dan berikanlah baik-baik kepada saudara-saudaramu." Kemudian kita berpagi-pagi - untuk melakukan peperangan, kemudian ayahku adalah pertama kali orang yang terbunuh. Saya tanamkan bersamanya seorang lain dalam sekubur. Kemudian jiwaku tidak enak kalau ayahku saya tinggalkan teruster kubur bersama orang lain itu, lalu saya keluarkan lagi tubuhnya setelah dalam kuburnya itu selama enam bulan, tiba- tiba ia masih dalam keadaan seperti waktu saya meletakkan dahulu, kecuali telinganya saja - yang rusak. Selanjutnya saya jadikanlah ia dalam kubur sendirian - yakni tidak disertai orang lain dalam kubur." (Riwayat Bukhari)

Dari Anas r.a. bahwasanya ada dua orang lelaki dari para sahabatnya Nabi s.a.w. keluar dari sisi Nabi s.a.w. di waktu malam yang gelap-gulita, tiba-tiba bersama kedua orang itu seperti ada dua lampu yang ada di hadapannya. Setelah keduanya berpisah maka tiap seorang dari keduanya itupun seperti ada sebuah lampu yang menyertainya, sehingga ia datang kepada keluarganya.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari beberapa jalan, di antara sebagian jalan itu disebutkan bahwa kedua orang lelaki itu ialah Usaid bin Hudhair dan 'Abbad bin Bisyr radhiallahu 'anhuma.

 Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasuiullah s.a.w. mengirimkan sepuluh orang sebagai mata-mata merupakan suatu pasukan dan mengangkatnya 'Ashim bin Tsabit al-Anshari r.a. sebagai kepala untuk
memimpin mereka itu. Mereka lalu berang-kat, sehingga datanglah mereka di suatu tempat bernama al-Hudat yang terletak antara 'Usfan dan Makkah. Kedalangan mereka itu disebut-sebut oleh suatu kabilah dari orang-orang Hudzail yang dinamakan Bani Lihyan, mereka ini mengejar sepuluh orang tersebut, sedang para pengejar dari Bani Lihyan itu berjumlah hampir seratus orang ahli pemanah. Mereka meneliti jejak-jejak sepuluh orang tadi. Setelah 'Ashim dan kawan-kawannya merasa akan memperoleh perlawanan, lalu mereka berlindung di suatu tempat, kemudian tempat ini dikepung oleh kaum - musuh. Para pengejar itu berkata: "Turunlah engkau semua - hai sepuluh orang, lalu serahkanlah tanganmu dan engkau semua memperoleh janji dan ikatan kata dari kita, bahwa kita tidak akan membunuh seseorangpun dari engkau semua. 'Ashim berkata: "Hai kaum - kafirin, saya tidak akan turun untuk menjadi orang yang memperoleh jaminan hidup dari orang kafir. Ya Allah, beritahukanlah tentang hal-ihwal kita ini kepada NabiMu yaitu Muhammad s.a.w." Musuh lalu melempari mereka dengan panah, lalu 'Ashim dapat mereka bunuh. Ada tiga orang yang turun -hendak menyerah -dengan berdasarkan janji dan ikatan kata - yakni tidak akan dibunuh. Di antara mereka ini ialah Khubaib, Zaid bin Datsinah dan seorang lelaki lain. Setelah tiga orang ini dapat mereka pegang, mereka lalu melepaskan tali busurnya masing-masing, kemudian tiga orang itu mereka ikat kuat-kuat. Orang yang ketiga - yang tidak disebut namanya di atas -berkata: "Inilah pertama-tama pengkhianatan. Demi Allah, niscayalah saya tidak akan suka lagi menemui engkau semua - untuk terus berjalan. Bagi saya sudah ada penuntun - dalam persoalan ini - yakni dengan mereka, "yang dimaksudkan ialah orang-orang yang sudah mati terbunuh. Jadi ringkasnya ia lebih suka mengikuti kematian kawan-kawannya itu. Orang ini lalu mereka tarik-tarik dan mereka perlakukan dengan menyiksanya. Tetapi orang ini tetap enggan untuk mengawani kaum musuh - untuk meneruskan perjalanan. Akhirnya orang ini mereka bunuh. Selanjutnya kaum Bani Lihyan tersebut berangkat dengan membawa Khubaib dan Zaid bin Datsinah, sehingga mereka menjual kedua orang tawanan ini di Makkah sesudah peperangan Badar berakhir. Keluarga al-Harits bin 'Amir bin Naufal bin 'Abdi Manaf membeli Khubaib. Khubaib adalah yang membunuh al-Harits pada hari peperangan Badar dulu. Dengan demikian berada di tempat keluarga al-Harits sebagai seorang tawanan sehingga seluruh keluarga itu berkehendak akan membunuhnya.

Khubaib meminjam sebuah pisau cukur dari salah seorang puteri al-Harits untuk mencukur rambut kemaluannya, lalu wanita ini meminjamkan pisau cukur itu padanya. Ada seorang anak kecil yaitu anak wanita yang meminjami pisau cukur tadi merangkak ke tempat Khubaib, sedang wanita tadi sedang lalai mengamat-amati anaknya tadi, sehingga anak itu mendatangi Khubaib, lalu wanita itu melihat sendiri bahwa Khubaib mendudukkan anak tersebut di atas pahanya, sementara pisau cukur masih tetap ada di tangannya. Wanita itu amat terkejut sekali dan hal yang sedemikian ini diketahui oleh Khubaib. Terkejutnya ialah karena takut kalau anaknya itu akan disembelih oleh tawanannya. Khubaib lalu berkata: "Adakah anda takut kalau saya membunuh anak ini. Ah, saya tidak akan mengerjakan perbuatan sekeji itu."

Wanita - yang diuraikan di atas itu berkata: "Demi Allah, saya tidak pernah melihat seorang tawananpun yang lebih baik daripada Khubaib. Demi Allah, benar-benar saya pernah menemuinya pada suatu hari, ia sedang makan sedompol anggur di tangannya, sedang kan ia di waktu itu sedang diikat erat-erat dengan besi, lagi pula tiada buah-buahan seperti itu di Makkah. "Wanita itu melanjutkan katanya: "Hal itu niscayalah suatu rezeki yang dikaruniakan oleh Allah kepada Khubaib."

Setelah orang-orang Bani Lihyan keluar dengan membawa Khubaib dari tanah suci untuk membunuhnya di tanah halal - bukan Tanah Haram yakni tanah suci Makkah, maka Khubaib berkata kepada mereka: "Lepaskanlah aku sebentar karena aku hendak bersembahyang dua rakaat." Mereka membiarkannya, lalu ia ber-sembahyang dua rakaat, kemudian ia berkata:
"Demi Allah andai-kata engkau semua tidak akan timbul sangkaan bahwasanya saya dalam ketakutan - karena akan mati, niscayalah aku akan menambah sembahyangku ini lagi. Ya Allah, hitunglah jumlah mereka ini, bunuh mereka secara berganti-ganti menurut gilirannya dan jangan-lah meninggalkan seorangpun di antara mereka itu." Selanjutnya Khubaib berkata pula:

Saya takkan memperdulikan,
Asalkan aku mati sebagai Muslim.
Dalam keadaan bagaimanapun,
Kematianku adalah untuk Allah.
Hal itu adalah Zat Tuhan,
Jikalau Dia berkehendak,
Pasti akan memberikan keberkahan,
Atas semua anggota tubuh yang terceraikan.

Khubaib adalah seorang yang membuat sunnah yang pertama kali bagi setiap orang Muslim untuk dibunuh dengan kesabaran, supaya melakukan shalat dahulu.
Nabi s.a.w. memberitahukan kepada sahabat-sahabatnya perihal berita sepuluh orang di atas pada hari mereka mendapatkan mushibah - yakni bencana yang menimpa mereka sebagaimana di atas.
Ada beberapa orang dari golongan kaum Quraisy menyuruh orang-orang lain ke tempat 'Ashim bin Tsabit ketika mereka diberitahu bahwa 'Ashim telah terbunuh, supaya orang-orang yang dikirimkan itu datang dengan membawa sesuatu anggota badan dari 'Ashim yang dapat dikenal. 'Ashim dahulu pernah membunuh seseorang dari golongan pembesar-pembesarnya kaum Quraisy. Tetapi Allah lalu mengirimkan kepada janazah 'Ashim itu semacam awan dan terdiri dari lebah. Lebah-lebah itulah yang melindungi tubuh 'Ashim dari utusan-utusan kaum Quraisy - yang hendak memotong sebagian anggotanya untuk dijadikan bukti kematian-nya. Oleh sebab itu musuh-musuh tadi tidak dapat memotong sesuatu anggotapun dari tubuh 'Ashim. (Riwayat Bukhari)

Ucapannya: Al-Hudat adalah sebuah tempat dan adbdhullah ialah awan, sedang addabru, artinya lebah. Ucapannya: Uqtulhum bidadan, boleh dengan ba'nya dikasrahkan atau difathahkan - lalu berbunyi badadan. Bagi orang yang membacanya kasrah, maka ia berkata: "Itu adalah jama'nya biddah dengan kasrahnya ba', artinya bagian. Maknanya ialah: "Bunuhlah mereka itu - ya Allah - dalam waktu yang terbagi-bagi menurut pembagian gilirannya masing-masing." Adapun bagi orang yang membaca fathahnya ba', maka maknanya iaiah secara berpisah-pisah dalam rnembunuhnya itu, yakni satu demi satu, yaitu dari kata attabdid.
Dalam bab ini banyak Hadis lain yang shahih yang sudah terdahulu dalam tempatnya masing-masing dalam kitab ini, di antaranya ialah Hadisnya anak yang mendatangi pendeta dan ahli sihir-lihat Hadis no.30,juga Hadisnya juraij - no. 259, demikian pula Hadisnya orang-orang yang melarikan diri dalam gua yang tertutup oleh batu besar - no. 12, Hadisnya orang yang mendengar suara dalam awan - no. 560 - yang mengatakan: "Siramlah kebun si Fulan itu dan Iain-Iain lagi.

Bukti-bukti tentang kekaramahan para waliullah itu amat banyak sekali lagi masyhur.
Wa billahit taufik.

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Tidak pernah sama sekali saya mendengar Umar r.a. berkata kepada sesuatu: "Sesungguhnya saya mengira perkara itu begini," melain-kan kejadian perkara tersebut adalah tepat sebagaimana yang diperkirakan olehnya." (Riwayat Bukhari)

Riyadhus-salihin

Sunday 4 November 2012

Golongan Sebenar Sufi


Apa Pula Pendapat Anda?...


Seorang hamba Allah yang telah menghabiskan masanya selama 3 tahun untuk mendapatkan Diploma Pengajian Agama dan  tidak sampai 5 tahun pula untuk terus segulung ijazah Pengajian Agama adakah sama dengan orang biasa yang selama cuma 4 tahun sahaja mendalami ilmu agama atau 12 tahun mendalami ilmu agama secara berpondok atau pun juga sekadar mendalami ilmu agama seberapa lamanya cuma di masjid-masjid sahaja?.....

Cuba anda lihat kiraan matematik atau cara perluasan ilmu di sini.  Kebiasaan ramai yang melihat apalah sangat pendidikan ilmu jika mereka belajar di pondok atau pun masjid.  Memang benar persoalan itu jika orang yang belajar di masjid atau pondok sekadar mendengar dan ada pula hari-hari yang mereka tidak dapat hadir.  Walhal belajar di masjid tidaklah pula adanya peperiksaan maka murid-murid yang mendengar kadang-kadang sambil lewa dalam bidang ilmu agama. 

Tetapi….. Adakah anda tahu dalam bidang ilmu agama ini ada masanya hamba Allah yang belajar di masjid lebih alim dan berpengetahuan luas ilmu agama mereka berbanding seorang pelajar yang sudah mendapat MA sekalipun di dalam ilmu agama.. 

Mengapa jadi begini?,…  Memang benar jika seorang yang sudah mendapat ilmu agama dengan segulung ijazah semestinya sudah diakui mutunya dalam pemahaman agama tetapi adamasanya yang belajar secara talaqi di masjid atau pondok-pondok agama kekadang mereka belajar secara berjadual juga melalui kitab-kitab yang diajar.  Bayangkan jika mereka juga belajar dengan berguru dari seorang ulama yang semestinya jelas kelulusan mereka dan cara mereka belajar pula dengan penuh kefahaman yang diterima oleh Allah SWT.  Adamasanya beberapa guru yang sangat alim agama mengajar tanpa sekatan dan memberi sepenuhnya ilmu yang mereka ada agar yang mendengar itu mendapat kefahaman seperti mana mereka faham.

Kerana inilah tidak hairan jika kita lihat ramai yang tiada segulung ijazah pun lebih alim adakalanya dari yang memang dah ada segulung ijazah.  Mengapa jadi begini?..  Sebenarnya guru yang mengajar di masjid-masjid, tok-tok guru yang mengajar, walhal professor dalam bidang agama yang dijemput  semestinya ilmu yang diberi memang sangat tinggi seolah-olah yang belajar pun sama pelajaran yang sedang mengikuti MA dalam bidang agama.  Itupun kalau guru-guru yang datang itu mengajar setaraf sedemikian.

Maka janganlah kita sia-siakan kuliah agama bahkan terimalah ilmu yang diberi sebaiknya.  Jangan terlalu seronok bangga kalau kita ada segulung ijazah agama kerana ilmu perlu ditambah takut yang belajar dengan tok-tok guru lebih alim dari kita kerana mereka belajar secara berkitab bermacam-macam.  Kita pula sekadar apa buku yang diberi.

Sedarkah kita ramai orang lebih suka tahu siapakah guru kita berbanding Universiti mana kita belajar?

Sunday 16 September 2012

Beberapa Perkara Mengenai Alam Ghaib Yang Kita Tak Tahu..

Ketahuilah bahawa Baginda Rasulullah juga tidak dapat melihat alam ghaib tanpa keizinan Allah.  Bagaimana pula kita terlampau percaya kepada dukun-dukun yang hebat yang mengatakan boleh melihat alam ghaib?
Alam ghaib merupakan satu rahsia yang hanya Allah sahaja mengetahui. 

Tidak seorang pun yang mengetahui apa yang akan terjadi esok, tidak seorang pun yang mengetahui bayi yang ada dalam kandungan, tidak seorang pun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati dan tidak seorang pun tahu bila hujan akan turun.

Jika ada yang mengatakan tahu tentang 5 perkara tersebut sudah tentu mereka sebenar dusta.  Seseorang yang boleh melihat alam ghaib hanya dengan izin Allah sahaja.  Itupun sedikit atau sebahagian.  walhal orang yang terasa berada dialam ghaib sekalipun perlu berwaspada takut-takut itu tipu daya syaitan bukan kelebihan yang Allah berikan.




Saturday 7 July 2012

Daku tidak lagi memikirkan jawatan tinggi

Setelah sekian lama bekerja sebagai orang bawah.  Terfikir sejenak beberapa jawatan yang agak tinggi juga yang menjadi igauan muda mudi daku pula tolak dan tinggalkan begitu sahaja nikmat dunia tersebut.

Keghairahan daku untuk menalaqi ilmu agama menyebabkan daku tidak lagi menghiraukan jawatan dunia ini.  Sehingga kini daku hanya bekerja sebagai kerani dan dalam istilah lain orang bawah yang bersiap sedia memberi perkhidmatan.

Seketika dahulu daku pernah ditawarkan jawatan pengurus di sebuah estet hasil pengalaman yang daku ada dan bukan hasil kelulusan tinggi manapun.  Tapi daku tidak melayani tawaran tersebut bahkan jawatan di salah sebuah firma arkitek juga daku tolak mentah-mentah.

Entah apa sebab jadi demikian daku pun tidak tahu.  Tetapi apa yang pasti memang daku tidak suka menjadi orang atasan kerana lebih selesa duduk di bawah menanti arahan orang atasan.

Malangnya apa yang berlaku sekarang ramai yang berkelulusan tinggi tetapi bekerja sebagai orang bawahan dan malas pula buat kerja mengikut jawatan mereka ketika itu.  Alasannya kerana kelulusan tinggi mereka.

Sungguh malang manusia begini.  Mahu kerja bukan main tetapi bila dah dapat sombong dan perasan tugas mereka ikut kelulusan.

Kalau bergaji kerani buat le kerja kerani, kalau gaji tukang sapu sampah buat le kerja sapu sampah.  Bukan bila sudah diberi tugas berlagak mengikut kelulusan mereka.

Kerana inilah ramai yang tidak merasai nikmat kerja dan keberkatan rezeki.  Mereka bekerja tetapi tidak meredhai apa yang mereka lakukan.

Walaupun kita ada kelulusan tinggi manapun lakukanlah mengikut apa  yang sepatutnya. Kalau tidak mahu sepatutnya dari awal jangan minta kerja yang kelayakan Diploma kalau anda ada Ijazah.  Jangan minta kerja kelulusan SPM jika anda ada Diploma dan janganlah minta jawatan yang memerlukan UPSR jika anda ada SPM.

Kebesaran Ilahi (Gambar-gambar peribadi yang diambil sendiri) secara tidak senggaja

Khalimah Allah Semasa ana melalui Jalan Duta
 Khalimah Allah semasa ana membeli belah di Bandar Baru Bangi Seksyen 9
 Khalimah Allah semasa ana melalui Kajang menuju Highway Lekas
Awan berupa orang sedang tahiyat pada bulan Rejab 2011 semasa ana menuju Putrajaya

Tuesday 1 May 2012

Aku Seorang Kerani



Sedikit sebanyak tentang diri yang kerdil ini. Bukan untuk masuk bakul angkat sendiri tetapi untuk aku lebih menginsafi. 

 Kekadang diri ini malu bila berjumpa orang yang tidak mengenali.  Mereka lebih mesra memanggil ustaz pada diri yang langsung tiada kelulusan tinggi agama.  Tapi aku bersyukur kerana mungkin mereka nampak baik agaknya.

Aku tidaklah tinggi ilmu agama tetapi gemar bertanya dan bersila di hadapan ayah yang suka berbicara agama sejak aku tadika lagi.  Ayah asalnya ada kumpulan muzik sendiri.  Orang lama katakan.  Tetapi meninggalkan alam hiburan setelah malu dengan seorang imam yang langsung tidak melarang berhibur tetapi selalu menegur agar solat berjemaah.  Maklumlah balairaya tempat berlatih muzik dekat sangat dengan masjid.

Kisah mulanya berbunyi begini.  Aku telah dilahirkan di sebuah perkampungan felda.  Ayahku bekerja sebagai buruh di kilang sawit di mana abang dan kakakku sudah lahir ketika itu. Mereka dilahirkan secara susah di sebelah utara sana.

Ibuku merupakan seorang anak kepada Sheikh Haji bahkan ayah pula seorang anak kepada kerabat di raja kerajaan lama di sebelah utara sana.  Ayah membawa ibu untuk berdikari dan hidup secara susah dulu, berdoa agar senang kemudian hari.

Aku dilahirkan dengan penuh sederhana.  Dengar khabar aku dilahirkan ketika ibu hendak melangkah ketangga rumah saudara ketika itu.  Setelah aku lahir, kami sekeluarga berpindah tidak lama itu.  Kami berpindah setelah ayah berpeluang hidup sebagai seorang peneroka di salah sebuah kawasan di Pahang Darul Makmur.

Aku dididik sebagai seorang anak yang hidup di masjid setiap kali masuk waktu.  Ayah gemar solat berjemaah dan menalaqqi ilmu agama setiapkali kuliah diberi oleh imam di tempat baru ini.  Kitab yang ayahku habis belajar adalah karangan seorang ulama terkenal Sheikh Wan Ali Kutan dan beberapa kitab lain.

Rupanya ayah boleh berubat orang.  Baruku tahu apabila aku sentiasa melihat ada orang sering minta ayah membantu.  Ayah memang menerima ijazah perubatan islam dari ayahnya sendiri dan menerima beberapa cara perubatan ketika belajar dari imam-imam di masjid.

Aku mula membesar sebagai seorang kanak-kanak sekolah rendah sehingga lahirlah adik kembarku.  Kehidupan masjidku berjalan seperti biasa.  Aku memang dibesarkan dengan didikan agama dari ayahku sendiri.  Ibuku pandai menyulam kopiah sehinggakan dari kecil aku memang berkopiah hasil sulaman ibu sendiri.

Sedikit kelebihan diriku ialah aku bersolat dengan berserban hasil lilitan ayah sehinggakan kini aku masih berserban ketika solat hasil kebiasaanku dari kecil.

Kakak dan abangku tidak berpeluang seperti diriku.  Mereka berdua semasa kecil bersama nenek dan semasa menengah berjauhan kerana duduk di sekolah berasrama.  Manjaku dengan ayah dan ibu lebih dari mereka dan memanglah cemburu dari mereka pasti tertanam.

Tapi aku sekarang berebut kasih sayang dengan adik kembarku pula.

Aku mula membesar sebagai seorang pelajar yang sederhana pandai berbanding keluarga yang lain.  Abangku kini mempunyai dua Ijazah dalam Negara dan luar Negara.  Walaupun aku anak lelaki tetapi aku tetap tidak boleh mengejar seperti abangku memandangkan aku memang sangat lemah belajar dan berada di dalam aliran sastera berbanding abang dan kakakku yang berada di aliran sains.

Setelah aku tamat menengah ayah menyuruh aku berdikari dan tempat pertama aku adalah bekerja di estet.
Aku mula bekerja ditengah belantara  berkawan dengan haiwan-haiwan ganas dan berbisa yang kekadang terjumpa semasa menjalankan tugas sebagai ketua pekerja bagi Tenaga Pekerja Asing.  Berbagai pengalaman yang aku lalui sehinggakan aku banyak kali bertukar tempat kerja tetapi sama berada di dalam sebuah hutan juga.

Sehinggalah aku mula ditawarkan belajar sebagai seorang pelukis pelan di sebuah institusi pendidikan selama 2 tahun dan tamat dengan jayanya setelah itu.  Aku mula bekerja bersama ayah sebagai pengusaha ladang ayam daging meninggalkan sijil Pelukis Pelan yang aku terima tetapi aku dan ayah berhenti setelah mengusahakan agak lama ternakan ayam ini.  Ayah mula mengusahakan ladangnya dan aku pula bekerja sebagai kerani di Bentong Pahang.

Semasa di bentong aku mula berguru dengan seorang mudir (Al Marhum) disebuah pondok di Ulu Yam, Kuala Kubu Baru sehinggakan aku diizinkan dengan beberapa ilmu agama dan ilmu perubatan islam dari beliau.

Aku mula berpindah ke Kuala Lumpur Setelah mendirikan rumah tangga dengan seorang wanita pilihan hati.
Dengan izin Allah aku dikurniakan seorang anak perempuan setelah beberapa minggu kereta kesayanganku dicuri bersama pakaian bayi yang aku telah sediakan di dalam kereta.  Aku kehilangan hampir RM 5000 setelah 3 kali berpindah semenjak kehilangan kereta memandangkan isteri menjadi takut semejak itu.

Kini aku tinggal di Selangor bersama isteri dan anak perempuan.  Dengan izin Allah aku dikurniakan pula seorang anak lelaki membuatkan ayah dan ibuku bergegas datang dari Pahang kerana cucunya bertambah seorang lagi menjadi 5 orang jika dikira bersama abang dan kakakku sekali.

Sedih dan pilu setelah ayah dan ibu pulang aku mendapat khabar anakku dikategori sebagai pengidap jantung berlubang PDA dan ASD.

Ayahku datang semula bergegas ke Hospital Kuala Lumpur.  Aku ingat pesanan ayah, “Belajarlah, jangan bergantung pada aku sepenuhnya”.  Semestinya aku memang sangat manja dengan ayah maklumlah doa ayah selalu makbul InsyaAllah.

Sebenarnya ayahku sangat letih memandangkan baru sahaja berulang melihat abang iparku menjalani pembedahan pada paru-parunya. 

Untuk mengelak ayahku kerap berulang aku serahkan anak perempuanku berumur 2 tahun ketika itu untuk jagaan ibuku melalui ayahku.  Jadi ayah dan ibu hanya berulang 2 minggu sekali melihat cucunya di hospital sambil membawa anak perempuanku kerana merindui ibunya.

Isteriku terpaksa bercuti lama untuk menjaga anakku sementara menunggu hari untuk pembedahan.  Aku mula terasa terhimpit, tidak menjaga kesihatanku sendiri.  Hinggakan mataku mula sentiasa melihat sesuatu yang tidak orang lain lihat disebabkan tidak cukup tidur.

Aku menjadikan sebuah kerusi di pintu masuk Hospital kanak-kanak untuk berehat dan tidur setiap kali pulang kerja kerana mudah apa-apa perkara sehingga semenjak itu berbagai-bagai jenis orang gila rupanya sama-sama menjadikan tempat tidur berhampiran aku.

Satu perkara yang paling aku tidak mahu mendengar  apabila terjadi satu perkara yang sangat menyentuh dan permulaan kisah sebenar perubahan hidupku.

Ketika itu aku baru sahaja selesai solat jumaat.  Aku terasa sesuatu,  tiba-tiba gegaran telefon mengejutkan aku. Abang! Adik aku mebuat panggilan menyatakan sesuatu buruk berlaku. Sedih,pilu dan tersentap hati.
Ayahku yang aku jadikan teman berbicara agama terlibat dengan kemalangan jalanraya ketika selesai solat jumaat.  Kakinya tergiris dengan brek motosikal menyebabkan hampir putus dan kepalanya terhentak di jalanraya.

Aku bergegas ke Pahang di mana ayahku telah dikejarkan ke Hospital Besar Kuantan.  Semasa ayahku kemalangan tercampak roti yang dibelinya untuk memberi kepada anak perempuanku yang sedang dijaga.
Aku teringat pesanan ayahku,“Belajarlah, jangan bergantung pada aku sepenuhnya”.  Aku menangis kerana pesanan itu teringat kembali semasa memandu menuju ke Hospital Kuantan untuk melawat ayahku yang tercinta.

Ya Allah!, kau sembuhkanlah ayahku.

Sebenarnya aku ke Kuantan bersama isteri dan anak setelah meminta izin untuk keluar melawat ayahku.  Pesanan Doktor agar datang semula ke Hospital nanti.

Ayahku dekat 2 minggu  di Hospital dan sudah boleh pulang ke rumah.  Tetapi doctor berharap agar kami sendiri dapat memulihkan ingatan ayah kembali.

Aku, abang, adik-adik mula saling ingat mengingat agar taat kepada Allah kerana orang yang sentiasa menegur adalah ayahku sebelum ini.

Aku terpaksa pulang semula ke Selangor kerana ikatan kerja dan isteriku menjaga anak dirumah sebelum dihantar ke hospital lain yang lebih hampir dengan kediaman kami.

Sebenarnya semenjak ayahku kemalangan aku telah mula menghadiri kuliah-kuliah agama sehinggakan aku telah berguru dengan beberapa ulama di antaranya bekas imam besar Masjid Negara, bekas pegawai agama istana, dan beberapa ulama’ tanah air yang sangat aku sanjung sehingga kini.

Semasa anakku berada di sebuah hospital lain yang berhampiran di rumahku Selangor mengantikan Hospital Kuala Lumpur beberapa bulan lamanya aku mula mendaftarkan diri untuk belajar talaqqi hadith dari ulama-ulama di sebuah universiti tempatan.  Aku mula mengenal hadith dan ketenangan mula datang.  Aku mula dapat menghadapi dugaan selama ini dengan tenang.

Di antara guru-guru aku bertalaqqi hadith kebanyakan berjawatan di dalam Persatuan Ulama Malaysia (PUM) dan sangat berkelayakan. Ada yang bergelar Profesor dan ada yang MA ke atas dalam bidang hadith.

Setelah 8 bulan lamanya tibalah anakku dihantar ke IJN untuk pembedahan untuk menyempitkan saluran darahnya dijantung yang dibuat terlebih dahulu. Ketika itu anak aku berusia 8 bulan.

Hanya kepada Allah aku berdoa.  Sebelum pembedahan aku telah menerima zikir amalan secara ijazah dari seorang mudir pondok di Kelantan yang datang memberi kuliah di tempatku. Di dalam zikir itu ada doa-doa amalan yang aku jadikan sebagai kekuatan dan doa untuk pembedahan anakku berjaya.

Sebenarnya ketika ini ayahku sudah pulih seperti biasa dan ada bersama-sama aku mengikuti van ambulan hospital menuju ke IJN.

Aku sebenarnya telah membelanjakan sudah hampir RM 20 000 selama mana isteri dan anak-anak di hospital. Aku bukanlah senang sangat tetapi itulah duit yang aku telah berhutang di salah sebuah bank tempatan dan aku terpaksa berhutang sekali lagi kerana isteriku terpaksa bercuti untuk menjaga anakku setelah berjaya di dalam pembedahan.

Kalau tak silap aku, aku terpaksa membayar lebih RM 900 sebulan kerana hutangku yang entah bila akan habis.

Ya Allah! Engkau permudahkanlah aku untuk menjelaskan hutang ini.

Sehinggakan pernah salah seorang guruku berkata.  Bersedekahlah walaupun kita juga sangat memerlukan ketika itu, kerana ada rahsia tersembunyi yang pasti dengan izin Allah anda akan perolehi. Allah itu sangat pemurah dan galakkan orang lain juga bersedekah sekali. Kerana beberapa pengalaman yang aku telah perolehi sehinggakan aku sendiri tolong mengutip derma-derma. 

Kini anak aku sedang pula menunggu untuk rawatan jantung berlubangnya.

Semoga Allah menyembuhkannya  tanpa pembedahan.

Rupanya sekali lagi ujian untuk aku.  Ayahku kena stroke sebelah kiri dan terpaksa mendapat rawatan di hospital.  Semenjak itu aku mula menghidap darah tinggi yang tidak menentu.

Aku berdoa kepada Allah agar disembuhkan ayahku.  Alhamdulillah ayahku pulih setelah 2 minggu lumpuh sebelah badannya sehingga menghairankan doktor yang merawat secara susulan.

Tetapi ayahku tidak seperti dulu.  Aku sangat merindui agar ayahku cergas seperti asal agar ia dapat kembali solat berjemaah di masjid.

Isteriku mula bekerja kembali.  Aku pula meneruskan berguru secara bertalaqqi setiap minggu dengan ulama-ulama dari sebuah universiti tempatan.

Untuk menambahkan lagi ilmu yang sedikit ini, aku telah berguru dengan seorang maulana yang hampir 15 tahun di Darul Ulum Deoband dan berguru dengan seorang Sheikh yang merupakan ulama Bogor,Indonesia yang sekian lama menetap di Mesir.

Yang istemewanya ialah guru-guruku ini mengajar secara talaqqi di Malaysia secara mingguan dan bulanan.
Sehingga kini aku tetap kerani.  Aku pernah terbaca sebuah kisah seorang ulama bertaraf wali di Kelantan yang pernah menjadi kerani semasa mudanya.

Semoga kisah ini menjadi pembimbing kepada diriku dan menjadikan aku sentiasa teguh dan bersyukur kepada Allah SWT.

Wednesday 25 April 2012

Kategori Hadith

Mungkin anda suka membaca hadith tetapi mungkin anda juga tidak tahu sebenarnya hadith mempunyai beberapa kategori.   Tersalah amal dan tersalah sampaikan mungkin anda adalah golongan yang mendustakan kata-kata Nabi.

"Sesiapa yang mengerjakan sesuatu amalan yang bukan amalan kami, maka amalan itu tertolak" -Bukhari dan Muslim

Diantara kategori hadith terdaapat pula yang Sahih,Hasan,Daif dan Maudu.


Yang hendak dibincangkan di sini ialah berkenaan hadith Maudu' iaitu palsu atau direka-reka.  Permasalahannya di sini ialah kebanyakan hadith-hadith Maudu' dinisbahkan kepada Baginda Rasulullah SAW dengan berbagai-bagai tujuan.  Diantaranya ialah serangan musuh-musuh islam untuk meragu-ragukan.  Ada juga yang berniat politik semata-mata.


Ketahuilah bahawa haram hukumnya jika kita cuba menyampaikan hadith-hadith yang Maudu' dimana kita menyedari kepalsuannya.

Saturday 24 March 2012

TASAWUF SESAT ATAU SEBALIKNYA?


Sebenarnya ramai yang masih tidak faham apa itu tasawuf,sufi,tarekat dan yang seangkatan dengannya. Masyarakat sekadar tahu melabelkan dengan istilah sesat dan bidaah semata-mata tanpa kajian dan budibicara ilmiah. Kekadang mulut berkata-kata tanpa tidak menyedari siapa di hadapan mereka. Kerana mulut, hilang kawan. Kerana mulut juga ilmu yang kita ada rupanya menyerlahkan lagi kekurangan. Tasawuf memang masih tidak dijumpai istilah asal atau bahasa apa sebenarnya sebutan tersebut. Sebelum ini, zuhud, ihsan, ilham, sabar, tawadu’ dan ikhlas hampir sama apa yang hendak dibincangkan. Sebenarnya masyarakat sekarang lebih mudah memahami Pembersihan rohani berbanding istilah tasawuf itu sendiri. Buku tentang kesesatan dan pembicaran tentang tasawuf memang banyak di pasaran sehingga ramai golongan-golongan baru dalam bidang agama sendiri banyak melabelkan golongan tasawuf ini bidaah semata-mata. Kerana inilah ramai pemimpin, golongan tinggi agama dan cendiakawan-cendiakawan ramai di dunia ini dalam keadaan cinta dunia dan jauh dengan kewarakan. Mengapa jadi begini?. Tidak lain tidak bukan kerana mereka langsung tidak mendekatkan diri dengan kebersihan rohani kerana tepesong dan sengaja menjauhkan diri dengan tasawuf atau keikhklasan niat. Tidak salah menjauhkan diri dengan tasawuf tetapi kebersihan rohani sebenarnya sangat perlu. Tasawuf sekadar pengenalan untuk memudahkan kita faham. Dalam erti kata lain sekadar tajuk untuk kita tahu apa isi kandungannya. Kupas dan cuba rasa dahulu. Memang benar ada golongan yang sesat dalam pengambilan tasawuf. Tetapi yang sesat sebenarnya mengambil tajuk sahaja tetapi di dalamnya tiada langsung pengisian yang masih boleh diterima pakai oleh golongan alim hadith. Sehinggakan kini golongan sufi mula menerima habuan fitnah dari masyarakat. Sebenarnya jika dilihat golongan-golongan tasawuf, merupakan ulama-ulama yang memang alim dengan ilmu agama terutama dalam bidang hadith. Mana mungkin yang mereka amalkan adalah bidaah dan sesat semata-mata. Cuma peredahan masa telah mengubah semuanya dalam pengenalan ilmu tasawuf. Semakin hari semakin ramai yang sesat kerana mengambil tasawuf sahaja tanpa ilmu-ilmu yang lain. Golongan pelampau-pelampau agama inilah sebenarnya yang telah membuatkan masyarakat mula memandang serong di dalam ilmu rohani ini. Jika kita lihat dari matan-matan hadith sahih sendiri telah membuktikan adanya unsur-unsur yang sangat berkaitan dengan ilmu tasawuf ini. Hadith mengenai niat, ihsan, sabar dan mementing saudara lebih dari diri sendiri memang ada dalam hadith dan bukan bidaah semata-mata. Jika kita bincangkan mengenai bidaah pula, sudah tentu ramai yang masih tidak tahu bidaah ada yang tertolak dan dituntut. Bidaah yang ditolak sudah tentulah bidaah yang ditambah-tambah di dalam ibadat yang masih didalam perselesihan pendapat golongan agama. Sehinggakan adanya hadith-hadith palsu dan tertolak. Manakala yang dituntut pula ramai yang melakukannya. Apa itu?, bukankah menaiki kereta ke masjid juga bidaah?. Penciptaan kereta adalah bidaah sebenarnya kerana kita sudah ada kuda dan haiwan-haiwan tunggangan yang dicipta oleh Allah SWT. Bidaah adalah pembaharuan. Mengapa masih ada alim ulama,mufti,ustaz yang menaiki motosikal dan kereta ke masjid sedangkan ia bidaah?. Semestinya tidak kerana ini adalah kemajuan dimana ia dituntut oleh Islam sendiri. Oleh kerana itulah golongan-golongan yang baru mengenal agama perlu berhati-hati didalam apa jua pendapat,hujah dan biarlah ia bersandarkan Al Quran dan Sunnah. Negara kita sendiri mempunyai bahagian pemantau ajaran-ajaran tasawuf/tarekat ini. Bukannya semua tertolak dan bukan yang tidak diwartakan itu juga masih selamat. Oleh kerana inilah golongan-golongan yang faham dengan agama mereka cuba membaja jiwa mereka dengan ilmu tasawuf ini. Setiap insan sangat berbeza tahap kerohanian mereka. Zikir,sunat taubat,solat sunat dan puasa adalah amalan biasa alim ulama kita lakukan. Kerana inilah kita sebagai orang awam tidak dapat apa-apa khasiat yang alim ulama kita sudah perolehi. Kita banyak menghabiskan masa dengan berhujah tentang kesesatan tanpa mehiraukan perkara lain yang masih boleh dilakukan. Bagi golongan tasawuf maqam terdapat 2 bahagian. Matlub dan Ghairu Matlub. Matlub seperti ikhlas,sabar,zuhud dan lain-lain manakala Ghairu Matlub seperti khasaf,ilham dan keramat. Bila tersalah ambillah yang menyebabkan apa yang kita bincang tadi termasuk di dalam golongan Ghairu Matlub iaitu golongan yang semata-mata mahukan kelebihan dan nama sehingga menenggelamkan maksud sebenar pembersihan ruhani itu sendiri.

Sunday 26 February 2012

Lalat! Faedah atau Sebaliknya...



حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ قَالَ حَدَّثَنِي عُتْبَةُ بْنُ مُسْلِمٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ بْنُ حُنَيْنٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ ثُمَّ لِيَنْزِعْهُ فَإِنَّ فِي إِحْدَى جَنَاحَيْهِ دَاءً وَالْأُخْرَى شِفَاءً "Apabila lalat terjatuh ke dalam bekas minuman salah seorang di antara kamu, celuplah dan kemudian buanglah ia kerana pada sebelah sayapnya mengandungi penawar dan di sebelah sayapnya yang lain mempunyai penyakit.” SURAH AL-HAJJ (22): “Wahai umat manusia, inilah diberikan satu misal perbandingan, maka dengarlah mengenainya dengan bersungguh-sungguh. Sebenarnya mereka yang kamu seru dan sembah, yang lain dari Allah itu, tidak sekali-kali akan dapat mencipta seekor lalat walaupun mereka berhimpun beramai-ramai untuk membuatnya dan jika lalat itu mengambil sesuatu dari mereka, mereka tidak dapat mengambilnya balik daripadanya. (Kedua-duanya lemah belaka), lemah yang meminta (dari mendapat hajatnya) dan lemah yang diminta (daripada menunaikannya).” Lalat memang dikenali di seluruh dunia. Pada tahun 1964, ahli-ahli sains mengenal pasti 80,000 spesies lalat di seluruh dunia. Lalat rumah dikenali dengan nama dimestica. Lalat jinak ini mudah ditemui dan berada di mana-mana termasuk di kepulauan Arab. Ia boleh hidup dalam persekitaran dan keadaan yang pelbagai. Luther West dalam The Housefly menyebut, lalat jenis musca domestica banyak terdapat di kawasan Timur Tengah. Justeru, apabila Nabi Muhammad s.a.w berkata berkenaan lalat, besar kemungkinan beliau sedang menceritakan berkenaan lalat ini. PENYAKIT DARI LALAT Pada abad kesembilan belas, tahun 1871, Profesor J. Leidy telah menjalankan kajian dan mendapati lalat adalah pembawa pelbagai kuman kepada manusia. Pada tahun 1929, H.Y Yao, I.C. Yuan dan D. Huie mengkaji lalat-lalat di Beijing dan mendapati luarannya mengandungi lebih kurang 3,683,000 kuman bakteris dan dalamannya mengandungi enam hingga lapan kali ganda kuman berbanding luarannya. Lalat juga dikenal pasti sebagai serangga pembawa penyakit demam kepialu atau thyphoid, taun atau cholera, cirit birit atau bacillary dysentery dan banyak lagi. MEMBUNUH KUMAN Shope pada tahun 1927, dan Glaser 1938 mendapati kuman-kuman virus di dalam badan lalat berfungsi membunuh kuman-kuman bakteria. Kajian ke atas lalat rumah musca domestica menunjukkan, ia mengandungi virus bacterioophage yang mampu membunuh kuman-kuman sophylococcus muscae, Escherichia coli, salmonella paratyphi dan eberthella typhosa. RUMUSAN Hadis lalat ini menampakkan keunikan dan kebaikan lalat. Perkara ini terbukti pada hari ini apabila sains moden menjadikan lalat buah, khususnya drosophila melanogaster sebagai bahan kajian utama bagi mengenali penyakit dan penawar bagi manusia, termasuk dalam aspek genetic. Nabi Muhammad dalam hadis ini menyebutkan berkenaan rahsia lalat dalam konteks perubatan dan ahli-ahli sains membuktikan kebenarannya pada hari ini.

Hadith dan Sains

Hadis-hadis yang musykil dari sudut ilmu sains ialah hadis-hadis yang memberi maksud atau pengajaran yang tidak selari dengan penemuan dan fakta sains masa kini. Ada di antara hadis-hadis ini yang terasing dengan sains, ada yang bertentangan dengan sains dan ada yang dibuktikan salah oleh sains. Sebenarnya hadis-hadis yang dianggap musykil ini hanyalah merupakan sesuatu yang wujud pada pandangan zahir seseorang. Sebenarnya tidak akan wujud sebarang pertentangan antara hadis-hadis Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam dan alam kehidupan ini (yakni sains) kerana kedua-duanya adalah wahyu dan penciptaan yang berasal daripada sumber yang sama iaitu Allah ‘Azza wa Jalla. Adakah hadis yang dianggap bertentangan tersebut sahih isnadnya dan benar-benar berasal daripada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam ? Adakah hadis yang dianggap bertentangan tersebut telah diterjemahkan atau difahami dengan tepat ? Adakah fakta sains tersebut sesuatu yang nyata (established fact) atau hanya teori yang belum dipersetujui secara jumhur oleh para ahlinya ? Apakah sudah dipertimbangkan kemungkinan bahawa hadis musykil tersebut sebenarnya menerangkan sesuatu yang pada hakikatnya masih belum dijangkau ilmunya ? Adakah hadis yang dianggap bertentangan tersebut asalnya disampaikan oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam sebagai satu ilmu sains atau hanya sekadar apa yang sesuai dengan suasana masyarakat di sekeliling baginda ? PERTAMA: Sunnah yang termasuk dalam urusan syari‘at seperti pegangan akidah, kaedah peribadatan dan sebagainya. Dalam sunnah yang pertama ini wahyu bersifat memerintah manakala Rasulullah hanyalah sebagai penyampainya. KEDUA: Sunnah yang termasuk dalam urusan ijtihad baginda sebagai seorang pemimpin seperti kaedah kepimpinan negara, strategi peperangan dan pengurusan masyarakat. Dalam sunnah yang kedua ini wahyu bersifat membimbing dengan memberi beberapa petunjuk asas agar tidak terkeluar dari batas yang diredhai syari‘at. KETIGA: Sunnah yang termasuk dalam urusan harian baginda sebagai seorang manusia seperti cara tidur, menyikat rambut, berpakaian dan sebagainya. Dalam sunnah ini wahyu bersifat memerhati dan menegur agar setiap perbuatan harian ini termasuk dalam lingkungan teladan hasanah yang dapat dicontohi oleh umat baginda.

Monday 20 February 2012

Kenali Hadith Dhoif dan Palsu

Masyarakat kita mudah menerima bulat-bulat hadith-hadith tanpa berguru terlebih dahulu. Nasihat saya pelajarilah ilmu hadith atau dampingi guru-guru hadith.

Sunday 19 February 2012

Sanad ana yang diterima daripada guru ana Ibnu Nawi bersama contoh Ijazah Sanad

Nasir Ahmad Khan who narrates from, Shaykh Hussain Ahmad Madani who narrates from Shaykh Mahmoodul Hasan Deobandi who narrates from, Shaykh Mohammed Qasim Nanotwi who narrates from, Shaykh Abdul Ghani Mujaddidi who narrates from, Shaykh Shah Ishaq Dehalwi who narrates from, Shaykh Shah Abdul-Aziz Dehalwi who narrates from, Shaykh Shah Waliullah who narrates from, Shaykh Abu Tahir Madani who narrates from, Shaykh Ibraheem Kurdi who narrates from, Shaykh Ahmed Al-Qashashi who narrates from, Shaykh Abu-Mawahib Ash-Shannari who narrates from, Shaykh Muhammad Ibn Ahmed Ibn Muhammad Ar-Ramali who narrates from, Shaykh Abul-Fadhal Yahya Ibn Zakariyya Ansari who narrates from, Shaykh Ibnul Haj’ar Asqalani who narrates from, Shaykh Ibraheem Ibn Ahmed At-Tanookhi who narrates from, Shaykh Ahmed Ibn Abi Talib who narrates from, Siraj Al-Hussain Ibn Mubarak Az-Zabidi who narrates from, Shaykh Isa Ibn Abdul-Awwal Ibn Isa who narrates from, Shaykh Abdur-Rahman Ibn Muzaffar who narrates from, Shaykh Abdullah Ibn Ahmed who narrates from, Shaykh Muhammad Ibn Yusuf who narrates from, Shaykh Muhammad Ibn Isamel Al-Bukhari who narrates from, Shaykh Humaidi Abdullah Ibn Zubair who narrates from, Shaykh Sufyan who narrates from, Shaykh Yahya Ibn Saeed Ansari who narrates from, Shaykh Muhammad Ibn Ibraheem who narrates from, Shaykh Alqamah Ibn Waqas who narrates from, Sayyidina Umar Ibn Khattab (R
A) who narrates from, Sayydina Rasul-ullah (Sallaho Alaihe Wassallam)

Di manakah anda?

Tahukan anda manusia apabila ditimba bencana,ujian,atau apa sahaja yang menyentuh perasaan sudah pastilah menguji tahap seseorang itu hampir atau jauh disisi Allah SWT. Orang awam atau manusia bergelar ustaz sekalipun paling tinggi mereka berada diposisi tengah iaitu redha dengan ujian yang dialami. paling tidakpun ramai pula yang sekadar bersabar. Sebenarnya memang sukar hendak kita mencari golongan-golongan yang bersyukur.... Syabar---Redha---Syukur. Cuba lihat anda di mana? Contoh yang mudah kita fahami apabila ditimpa kemalangan jalan raya... terlanggar lembulah katakan.. sudah tentu ramai yang marah... Syabar pun tiada langsung... Tetapi tahukan kita... ada golongan yang bersyukur kerana .... masih hidup mungkin... atau bersyukur kerana tidak langgar orang agaknya... atau bersyukur kerana kenderaan dia yang rosak bukan orang lain...

Wednesday 8 February 2012

Salah Faham Tentang Perubatan Islam


Ramai yang menyangka perubatan islam tidak kena mengena dengan Hospital, ubatan-ubatan, farmasi atau apa-apa yang lebih mudah difahami alam moden kini.  Sebenarnya sakit memang datang dari Allah tetapi kesembuhan juga perlu dipohon agar Allah sembuhkan.
Istilah bomoh,dukun,pawang memang terkenal di alam melayu apabila pesakit tidak dapat atau tidak mempercayai perubatan moden.
Sebenarnya apa yang Nabi ajar kepada kita ialah menjaga kesihatan.  Bukan mempercayai tahyul atau perkara-perkara ghaib yang diluar pemikiran kita.
Tidak salah hendak berjumpa bomoh,dukun,pawang tetapi biarlah yang berubat itu tidak tersasar dari landasan Islam.
Berjumpa Doktor Perubatan pun boleh menjadi salah jika kita menganggap Doktor tersebut yang menyembuhkan tetapi tidak berjumpa langsung salah juga kerana kita memudaratkan diri sendiri.
Sesetengah penyakit sangat perlu kita kenal pasti melalui perubatan moden iaitu pengesahan oleh Pegawai-pegawai Perubatan bertauliah kerana kebanyakan orang kita mudah mempercayai kehebatan pengamal-pengamal perubatan yang menjelma bagaikan cendawan yang tumbuh sehinggakan menenggelamkan pengamal-pengamal perubatan yang memang mempunyai keistimewaan yang dikurniakan oleh Allah SWT.
Pesanan dari saya, sahihkan penyakit anda terlebih dahulu sebelum berubat secara tradisional. Wallahu a'lam.

Tuesday 31 January 2012

Biodata


MUHAMMAD FADHULI ISA AL-KATIBUN
Sebagai orang awam yang mengikuti Pengajian Al Hadith di Universiti Tempatan.
Pengajian Talaqqi  Kitab Shahih Bukhari secara bersanad dan ilmu fiqh, akidah, tasawuf, akhlak, syariah serta usuluddin  melalui alim ulama,Maulana dan Sheikh-sheikh guru agama.
Juga telah berguru dan mengikuti pengajian serta pengijazahan  zikir-zikir dan ilmu perubatan islam.

KE ARAH MENJADI MUSLIM SEJATI

Menuntut ilmu agar kita lebih faham dengan Islam